Podcast-Ali Tranghanda, Ismet Natakarmana

Momen Cerdas, Saatnya Beli Properti

Momen hajatan akbar tahun Politik Pemilu 2024 diperkirakan berdampak pada pertumbuhan industri properti secara nasional maupun daerah.

ELARTIZEN - Momen hajatan akbar tahun Politik Pemilu 2024 diperkirakan berdampak pada pertumbuhan industri properti secara nasional maupun daerah. Dari historis, tahun politik selalu memicu ketidakpastian ekonomi yang membuat para investor properti cenderung wait and see terhadap pasar Indonesia. Apakah tahun ini prediksinya masih sama terhadap industri ini.

Seperti diketahui bahwa sektor properti merupakan salah satu engine terbesar dari pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan itu, pengembangan infrastruktur di luar Pulau Jawa mendorong pertumbuhan properti yang lebih baik di luar Pulau Jawa. Berkaca dari penyelenggaraan pemilu-pemilu sebelumnya seperti di tahun 2014 dan 2019 dari data memang ada penurunan penjualan, disinilah investor terlihat menunggu. Toh, pada saat itu pasca pilpres infrastruktur sudah membaik kondisi ekonomi yang stabil dan tanpa gejolak.

Prediksi mirip itu bakal terjadi tahun ini, dan tren penurunan itu tidak berlangsung lama pastinya, yakni hanya sampai awal tahun setelah pemilihan. Trend shock politic ini dimanfaatkan pengembang didalam penjualannya.

Promosi Pengembang
Disisi pihak developer, walau ada isu politik tahunan bisnis plan tetap harus berjalan dalam mengembangkan projek-projek baru dengan memberikan gimmick dan insentif serta trik strategi jualannya insentif terbaik untuk konsumen.  

Menurut Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch yang aktif dibidang Property Consultant mengungkapkan bahwa saat ini developer sangat jeli melihat peluang. Apalagi di jaman serba digital saat ini.

“Kalau dulu orang sangat meyakinkan untuk berkeliling melihat lihat hunian pilihan. Sekarang dengan Medsos saja pengaruhnya sudah meluas atas pilihan konsumen. Disinilah Developer harus jeli memperhatikan terhadap variasi promosinya”. Lanjutnya lagi, Apalagi nih, Genzi (GenZ) Milenial itu beda lagi perlakuannya, kalau pengembang tidak menyesuaikan secara dinamis, maunya itu itu saja konvensional, jangan kan di lirik, dibeli saja masih banyak mikir”.

Nah, ditanya kalau pada tahun pemilu ini biasanya dengan menunjukkan jari yang sudah tercelup tinta untuk mendapatkan promo menarik.

“yaa boleh boleh saja mengikuti untuk mendapat kan diskon atau bonus. Karena gini, sesionnya kan paling lama dua atau bisa tiga hari saja itupun biasanya untuk promo kuliner atau F&B, Resto. karena keputusan membeli kan tidak cukup harian, jadi promo ini ndak masif lah. Properti malah lebih panjang lagi promonya. Dilihat karena ini kan industri properti untuk masa depan dan bukan sesaat saja”. Jelasnya.

Transit Oriented Development (TOD)
Sejalan dengan pengembangan bisnis properti. Ismet Natakarmana Founder Synergy Group menyoroti beberapa hal bagi pengembang juga trend positif properti.

Baginya ada pergeseran suatu kawasan properti, dulu pengembang lebih bicara promo kepada lokasi lokasi lalu akses kemudian fasad dan layout. Nah, jelas Ismet saat tahun ini harus “Get get”, ambil (beli).LRT CITY CIracas

“Jadi gini, kalau kita bicara di generasi sekarang ini gen milenial, GenZ. Kalau kita mau membangun sebuah hunian, buatlah hunian dengan fasilitas yang mendukung gaya hidup generasi sekarang, open space cluster minat mereka. Yang diperlukan mereka tersedia semua, mulai dari tempat makan, cafe (Kopi), tempat Gym hingga internet. Karena hidup mereka dengan dunianya yaitu serba online. kalau zaman saya nih, ya kan rumah harus tenang terkunci tertutup, cluster sendiri.”

“Generasi ini sifatnya sering bergerak. Berpindah-pindah, dalam artian memang gaya hidupnya begitu tidak bisa diam disatu tempat. Tapi sebenarnya gini, mereka boleh berpindah-pindah tapi kalau ada akses transportasi yang mendukung mereka keluar dari hunian mereka dan bisa ke mana-mana dengan mudah, gak pake repot, mereka bisa menetap juga loh. Jadi hunian dengan transportasi seperti Transit Oriented Development ini menjadi pilihan mereka, semuanya ada dan mendukung gaya hidupnya.” Jelas Ismet.

Hal itu disoroti Ismet Natakarmana yang juga membuka kegiatan Synergi Ngopi. Kegiatan non profit yang menjadi ajang kopi darat antar developer. Walaupun kompetitor, mereka melepas atribut ketika bertemu walaupun secara bisnis mereka bersaing.

“Sebagai konsultan properti bagi developer, saya ingin membahagiakan semua orang yang ada di grup Synergy, saya ingin berdampak positip baik bagi banyak orang”. Ungkapnya.

lanjutnya lagi, TOD menjadi relevan saat ini karena membuat waktu dan aktivitas masyarakat yang bekerja di kota, menjadi tidak banyak terbuang di jalan karena macet. Dengan TOD mampu mengoptimalkan fungsi lahan yang kian terbatas dan mahal, dengan basis transportasi publik di kawasannya.

Sejalan dengan pemikiran Konsep TOD. Ali Tranghanda menambahkan, karena lahan sudah mulai terbatas, Hunian vertikal TOD seperti itu, akan menjadi nilai tambah yang layak diperhitungkan untuk investasi ke depannya.
       
Angin Segar PPN DTP
Keputusan pemerintah memberikan subsidi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk pembelian rumah tapak dan rumah susun seharga maksimal Rp 5 miliar jadi angin segar bagi sektor properti nasional.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menerbitkan aturan pemberian insentif berupa pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah atau PPN DTP. Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 120 Tahun 2023 tentang PPN atas Penyerahan Rumah Tapak dan Satuan Rumah Susun yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2023.

PMK 120/2023 ditandatangani dan berlaku sejak 21 November 2023. Namun, PPN pembelian rumah ini tidak akan ditagih sejak periode 1 November 2023 sampai dengan 31 Desember 2024.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan, PMK ini menjadi bagian dari kebijakan pemerintah untuk menggerakkan geliat bisnis properti dan kepemilikan rumah masyarakat. Khusus untuk kebijakan PPN DTP, berlaku untuk rumah yang harganya di bawah Rp 5 miliar.

Program perbankan  
Insentif PPN DTP Properti menjadi angin segar bagi pelaku usaha sektor perbankan. Kebijakan direspons positif oleh sejumlah bank. Kebijakan itu diharapkan mendongkrak animo pasar dan pengambilan kredit hunian, terutama untuk first time buyer.

Kebijakan ini diharapkan dapat meringankan calon debitur, terutama pada biaya biaya meliputi provisi, admin, notaris, asuransi jiwa dan kebakaran.

“Dengan adanya insentif tersebut program-program perbankan saat ini juga sudah mulai aktif dalam menyalurkan pinjamannya untuk bisa calon debitur cepat membeli dan dari sisi program pengembang properti pun berusaha untuk konsumen segeralah membeli,” Kata Ismet.

Sempat viral tentang jangka waktu kredit cicilan KPR/KPA itu sampai 35 tahun, walau belum final ketok palu, jadi atau tidaknya Ali Tranghanda menerangkan bahwa cicilan itu bisa sampai terjangkau seperti kita berinvestasi. “ini sama saja loh seperti membeli sesuatu, setelah lunas beli barang lagi cicil lagi lunas beli cicil lagi. bedanya di properti adalah investasi jangka panjang yg menghasilkan, mindset nya harus dirubah, ini beneran loh jika ada yang cicilan hingga 35 tahun itu sangat luar biasa di properti” Jelas Ali. ELARTIZEN PODCAST Youtube

GET GET, Ambil dan Beli
Baik Ali Tranghanda maupun Ismet Natakarmana sepakat untuk berinvestasi dan segera mempunyai hunian, tahun 2024 saatnya beli segera, jangan tunggu setelah selesai hajatan besar Pilpres.

Setelah Presiden terpilih dan ekonomi berjalan baik harga-harga properti cenderung akan bertambah kembali. Saatnya ketika tahun ini ambil ambil, Get Get dan beli disaat sekarang. It’s Time to Buy jelas pakar properti, konsultan pengembang dan pebisnis properti ini.

“Siapa pun presidennya, baik itu yang menjadi idola masyarakat atau bukan, setelah pemilu, pasar properti pasti akan bounch back”. Elatizen, Hendra Ocky W.

Bagikan